Gelombang panas yang terjadi beberapa waktu terakhir makin mengkhawatirkan. Sejumlah negara disebut berisiko terkena bahaya fenomena tersebut.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature menyebutkan wilayah yang akan memiliki dampak merusak karena gelombang panas seperti Afghanistan, Papua Nugini dan Amerika Tengah. Area lainnya adalah Beijing dan Eropa yang tengah yang disebut juga memiliki risiko besar.
Kedua area terakhir disebut memiliki populasi yang besar dan menempatkan banyak orang dalam risiko, dikutip dari Science Alert, Selasa (2/5/2023).
Para peneliti menghitung dari negara mana yang akan terjadi gelombang panas serta faktor lainnya. Ini termasuk sosial-ekonomi, pertumbuhan populasi, stabilitas jaringan energi dana ketersediaan layanan kesehatan.
Tim peneliti ingin ada persiapan menghadapi gelombang panas di masa depan. “Seringkali daerah hanya siap menghadapi kejadian ekstrem yang pernah dialami, dengan perencanaan yang diprakarsai oleh bencana di masa lalu,” ungkapnya.
Gelombang panas memiliki dampak besar pada kehidupan manusia. Mulai dari mempersulit kehidupan sehari-hari dan pekerjaan, menghancurkan pertanian dan pembangunan, efek lanjutan seperti peningkatan risiko kebakaran hutan, hingga membunuh banyak orang.
Persiapan menghadapi fenomena itu, Science Alert mencatat bisa mengurangi jumlah kematian. Salah satunya dengan pendinginan tempat pada wilayah perkotaan, pergeseran atau pengurangan jam kerja.
“Dalam penelitian ini, kami menunjukkan bahwa peristiwa pemecahan rekor dapat terjadi di mana saja. Pemerintah seluruh dunia perlu bersiap,” kata peneliti atmosfer dari University of Bristol, Dann Mitchell.