Harga beras hari ini (Senin, 8/5/2023) di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta Timur terpantau masih stabil tinggi, yaitu Rp 10.500-11.000 per kg untuk beras medium.
Adapun alasannya, menurut para pedagang, harga beras yang tinggi disebabkan oleh harga eceran tertinggi (HET) yang sudah dinaikkan pemerintah menjadi Rp 10.900 per kg untuk beras medium zona 1, sedangkan beras premium Rp 13.900 per kg.
Selain itu, kondisi pasokan beras dari daerah yang seret juga dituding menjadi alasan terjadinya kenaikan harga beras di pasaran.
Berdasarkan hasil pantauan CNBC Indonesia di PIBC, rata-rata harga beras medium oleh para pedagang dibanderol Rp 10.500 – 11.000 per kg. Sementara untuk beras premium rata-rata dibanderol Rp 11.500 – 13.900 per kg, tergantung dari merek dan jenis beras tersebut.
Ketua Umum Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid atau akrab disapa Zul mengatakan, harga beras saat ini stagnan, “Kalau saya lihat, naik sih tidak, tapi stagnan.”
Menurutnya, hal itu disebabkan karena HET beras saat ini yang sudah dinaikkan oleh pemerintah, baik yang medium maupun premium, maka mustahil bagi pedagang untuk menjual beras di bawah Rp 10.000 per kg.
“Sekarang kan HET sudah dinaikin jadi Rp 10.900. Jadi berarti untuk beras turun di bawah Rp 10.000 itu sudah gak mungkin, karena HET nya sudah dinaikin, otomatis harganya gak mungkin turun lagi,” ujar Zul kepada CNBC Indonesia.
“Harga beras medium harganya di atas Rp 10.000 per kg. Harga beras medium yang terendah sekarang Rp 10.500 per kg. Kalau HET nya Rp 10.900 per kg. Jadi berarti harga itu gak mungkin di bawah Rp 10.000 lagi,” ujarnya.
Zul berharap harga beras sesudah Lebaran dan sekaligus bertepatan masih dalam masa panen raya, harga beras akan mengalami penurunan. Namun, untuk turun jauh ke bawah Rp 10.000 per kg menurutnya hal yang tidak mungkin, karena HET sudah dinaikkan oleh pemerintah ke angka Rp 10.900 per kg untuk beras medium.
“Jadi orang di daerah ataupun pedagang yang ada di induk, dia akan berpegang dengan HET yang ditetapkan yang baru,” tutur dia.
Sementara kalau untuk beras premium, menurut Zul, saat ini harga beras premium masih tergolong normal atau biasa saja, tidak ada mengalami kenaikan maupun penurunan.
“Kalau beras premium masih biasa. Beras premium itu Rp 11.500 – 12.500 per kg. Beras premium juga kalau dengan HET yang baru masih di bawah HET,” ujarnya.
“Kalau premium itu kan sebenarnya tidak perlu terlalu dipermasalahkan. Yang peminat beras premium itu kan adalah orang menengah ke atas, mau mahal juga dia sebodo aja, tapi kan itu tetap dibatasi. HET itu kan pembatasan harga,” tambah Zul.
Adapun alasan lainnya, karena pasokan dari daerah yang kurang, sehingga menyebabkan harga beras di pasaran menjadi tinggi.
“Harapan kita sekarang adalah satu-satunya beras yang diceritakan itu mau panen, tapi panen itu tidak membawa dampak yang mencukupi permintaan pasar. Harapan tetap kembali lagi, sebagaimana dikatakan pak presiden Jokowi, impor 2 juta ton itu tepat kalau menurut saya. Sebab, pemerintah ini tidak mau kecolongan lagi,” tutur dia.
“Orang berkata, ‘kok begini? Orang lagi panen kok impor’, itu sebenarnya tidak seperti itu. Kalau pemerintah kemarin, Desember, Januari, Februari yang 3 bulan itu gak impor, itu kita wasalam jawabnya kelabakan, mau dari mana beras?. Beras panen kita gak mencukupi, beras sudah gak ada, stok Bulog sudah kurang, otomatis Bulog harus mengimpor untuk stok Bulog yang ada, untuk menjaga-jaga ini,” terangnya.
Artinya, para pedagang sangat mendukung adanya rencana impor beras oleh pemerintah sebanyak 2 juta ton untuk tahun 2023. Sebab, hasil panen dalam negeri yang kurang mencukupinya, sehingga perlu adanya beras impor agar stabilisasi harga beras di pasaran terkendali.
“Jadi harapan satu-satunya, mudah-mudahan pemerintah ini tanggap. Saya berharap sangat, mudah-mudahan pemerintah tanggap untuk bagaimana situasi kita ke depan. Sebab, panen ini tidak sepenuhnya seperti yang kita harapkan,” ujar Zul.
Sementara, seorang pedagang di PIBC, seperti Yono dan Hamidi, mereka mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya menjual beras medium di harga Rp 11.000 per kg. Sedangkan harga belinya, dia membeli di harga Rp 10.200-10.300 per kg.
“Sekarang kita beli ada yang Rp 10.200-10.300, jadi saya jual di Rp 11.000 per kg. Kalau kita ngelayanin beras yang 11.000 itu juga bingung, karena berasnya kualitas rendah. Saya masih jual kualitas sedeng, itu paling murah Rp 11.000 saja,” katanya.
Sedangkan untuk beras premium, baik Yono maupun Hamidi mengaku menjualnya di Rp 13.500 – 13.900. Artinya, dari kedua pedagang tersebut keduanya masih menjual harga beras sesuai dengan HET.
“Sebelum puasa memang sudah naik, dan memang belum ada turun lagi. Sampai sekarang harga masih stabil harga seperti itu, stabil tinggi,” ujarnya.
Senada dengan Zul, Yono dan Hamidi mengatakan harga beras yang naik saat ini disebabkan oleh HET yang tinggi.
“Ya memang karena HET-nya dinaikin, penyerapan gudang Bulog juga sekarang harga Rp 9.950 per kg. Jadi tetap harganya Dolok itu paling rendah menerima dari petani,” ujarnya.
“Jadi kalau umpama berasnya kurang dari Rp 10.000 mending ke Dolok, dengan catatan kadar air 14% kadar broken 15%. Gudang Bulog juga sekarang harga Rp 9.950 per kg,” pungkasnya