Perang antara Rusia dan Ukraina disebut akan segera damai. Ada negara yang akan menjadi “juru selamatnya”.
Hal itu ditegaskan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Henry Kissinger. Ia mengatakan bahwa konflik di Ukraina mungkin mendekati titik balik dan perdamaian kedua negara dapat dimulai dari proposal yang ditengahi China.
Kepada CBS News, Kissinger menjabarkan bahwa proses perdamaian keduanya dapat dimulai pada akhir 2023. Ia optimis perdamaian dapat terjadi lantaran China yang mulai aktif menghubungi Moskow dan Kyiv untuk menghentikan eskalasi.
“Sekarang China telah memasuki negosiasi, itu akan mencapai puncaknya, saya pikir pada akhir tahun ini,” kata diplomat berusia 99 tahun itu dikutip Russia Today, Senin, (8/5/2023). “Pada saat itu, kita akan berbicara tentang proses negosiasi dan bahkan negosiasi yang sebenarnya.”
China telah mengajukan diri sebagai mediator potensial dengan merilis ‘Posisi Penyelesaian Politik Krisis Ukraina’ pada bulan Februari lalu. Presiden China Xi Jinping bahkan telah menghubungi Moskow dan Kyiv terkait proposal ini.
Rencana China ditolak langsung oleh AS dan Uni Eropa, sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan beberapa dari 12 poinnya sebagai ‘selaras’ dengan posisi Moskow. Di sisi lain, Ukraina hanya menerima beberapa poin saja.
Walau begitu, China mendapatkan batu sandungan besar, di mana Presiden Ukraina Volodymyr Zelesnky masih enggan untuk bernegosiasi dengan Rusia selagi masih dipimpin Putin. Zelensky pun tetap bersikeras untuk mengusir Rusia dari wilayahnya, termasuk dari Semenanjung Krimea yang dianeksasi Moskow pada 2014 lalu.
Moskow telah berulang kali mengatakan terbuka untuk pembicaraan dengan Kyiv tetapi hanya jika Ukraina mengakui kenyataan di lapangan, termasuk status baru wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia sebagai bagian dari Rusia. Jika tidak, Kremlin telah menyatakan, Rusia akan menyelesaikan konflik dengan cara militer.
Sementara itu, Kissinger sendiri merupakan diplomat senior AS yang memiliki banyak terobosan. Ia sangat dikenal dengan keberhasilannya membuka hubungan diplomatik antara Washington dengan Beijing, yang seringkali disebut sebagai Ping Pong Diplomacy, merujuk pada pertemuan pihak AS dengan pihak China dalam sebuah pertandingan tenis meja di Nagoya, Jepang.
Kissinger akhir-akhir ini sempat memicu kemarahan Kyiv ketika dia menyarankan bahwa Ukraina harus menerima pengembalian ke ‘status quo ante’, atau melepaskan klaim teritorialnya atas Krimea dan memberikan otonomi kepada Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk, atas nama perdamaian. Ia juga sejak itu menyarankan agar wilayah ini menjadi dasar negosiasi setelah gencatan senjata dan penarikan Rusia.