Hati-Hati RI, Klaim China di Laut China Selatan Makan Korban: Vietnam

Hati-Hati RI, Klaim China di Laut China Selatan Makan Korban: Vietnam

Foto udara Laut China Selatan (LCS). (AFP/JAM STA ROSA)

Wilayah Laut China Selatan (LCS) kembali meruncing. Ini disebabkan manuver kapal penjaga pantai berukuran raksasa China, CCG 5901.

Kapal itu berlayar mendekati blok eksplorasi minyak Vietnam di Vanguard Bank sejak awal Desember. Data yang diperoleh dari situs pelacakan MarineTraffic menunjukkan CCG 5901 (sebelumnya dikenal sebagai Zhong Guoa Hai Jing 3901) telah melakukan pola on-and-off di sebelah barat Vanguard Bank sejak 9 Desember 2023.

“Kapal yang dijuluki monster, karena ukurannya itu, telah melakukan patroli intrusif di ladang minyak dan gas Vanguard Bank, yang notabenenya wilayah ekonomi eksklusif (ZEE) milik Vietnam,” tulis Radio Free Asia mengutip direktur lembaga pengamatan SeaLight, Ray Powell, dikutip Rabu (10/1/2024).

Powell menambahkan https://judol-terpercaya.xyz/ bahwa kapal China itu beroperasi tanpa menyiarkan sistem identifikasi otomatis (AIS) atau berlayar secara gelap. Kapal diketahui berangkat dari Sanya, Hainan, sejak 14 November 2023.

“Praktik yang sering terjadi ini melanggar Konvensi Internasional untuk Keselamatan Kehidupan di Laut, yang mana China merupakan salah satu penandatangannya,” tambahnya Powell lagi.

Terakhir kali CCG 5901 menyalakan AIS-nya adalah pada 7 Januari 2024 sekitar pukul 08.20 UTC. Kapal itu berada sekitar 50 mil laut (92,6 km) barat daya Vanguard Bank. Beberapa kapal patroli perikanan Vietnam terlihat membuntuti kapal China tersebut.

Perlu diketahui, Vanguard Bank disebut Bai Tu Chinh dalam bahasa Vietnam. Ini adalah lokasi penting pengembangan minyak dan gas Vietnam.

Hanoi diketahui telah mengeksplorasi wilayah itu dengan menggandeng mitra-mitra asing. Wilayah ini juga merupakan titik konflik antara Vietnam dan China, di mana di 2019 lalu, kapal penegak hukum mereka saling berhadapan satu dengan yang lain.

Sementara itu, LCS merupakan jalur penting untuk sebagian besar pengiriman komersial dunia dengan beberapa negara terletak di bibir lautan itu seperti Brunei, Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Lautan itu diyakini sebagai lautan yang kaya hasil alam, terutama migas dan ikan.

China bersikukuh mengklaim sekitar 90% dari lautan itu dalam apa yang disebut sebagai “sembilan garis putus-putus” dimana mencakup area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi). Bahkan, China dilaporkan telah membangun kota seluas 800 ribu mil persegi di Kepulauan Paracel bernama Shansa.

“(Serangan) ini bukanlah hal baru tetapi terjadi tepat setelah Vietnam dan Tiongkok sepakat untuk membangun ‘Komunitas dengan Masa Depan Bersama’ selama kunjungan Xi Jinping ke Hanoi pada bulan Desember,” kata peneliti senior di ISEAS-Yusof Ishak Singapura, Le Hong Hiep.

“Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya hubungan bilateral Vietnam-China belum berubah dan masih sangat sulit bagi kedua negara untuk berbagi masa depan jika China terus melanjutkan klaimnya atas hampir seluruh LCS,” tambahnya.

Senada dengan Le, analis politik Vietnam Nguyen Khac Giang, mengatakan bahwa patroli penjaga pantai Beijing mungkin mengirimkan pesan tidak hanya kepada Vietnam tetapi juga komunitas internasional yang lebih luas tentang kedaulatan China di LCS.

“Di sisi lain, China ingin mempertahankan tekanannya untuk mengganggu produksi minyak dan aktivitas Vietnam di wilayah tersebut, serta mendorong Hanoi agar menyetujui rencana eksplorasi bersama dengan China dengan cara yang sama seperti yang dicapai dengan Filipina di bawah pemerintahan Duterte,” kata Nguyen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*