Ekonomi Masih Tumbuh Kencang Tapi Investasi Malah Megap-Megap

Presiden Joko Widodo meluncurkan mobil listrik pertama yang dirakit di Indonesia dalam kunjungan kerjanya ke pabrik PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2022. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

  • Ekonomi Indonesia tumbuh 5,03% (yoy) pada kuartal I-2023, di atas ekspektasi pasar
  • Konsumsi masih tumbuh kuar ditopang periode Ramadan
  • Investasi jeblok pada kuartal I-2023

Ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas ekspektasi yakni 5,03% (year on year/yoy) pada kuartal I-2023. Namun, banyak indikator yang justru menunjukkan kekhawatiran terutama laju investasi.

Ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 0,92% dibandingkan kuartal sebelumnya (quartal to quartal/qtq).

Pertumbuhan sebesar 5,03% (yoy) jauh di atas ekspektasi pasar. Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 13 analis memperkirakan ekonomi hanya akan tumbuh 4,95%.

Secara qtq, analis memperkirakan ekonomi Indonesia akan terkontraksi 1%.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03% lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2023 yang tercatat 5,01%. Ekonomi Indonesia juga mampu tumbuh di atas 5% selama enam kuartal terakhir.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi masyarakat masih menjadi andalan untuk mendongrak pertumbuhan dengan kontribusi mencapai 52,88%.

Konsumsi masyarakat tumbuh 4,54% pada Januari-Maret 2023, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat 4,48% (yoy).

Kenaikan konsumsi masyarakat pada kuartal I-2023 ini tidak biasa mengingat biasanya konsumsi melandai pada Januari-Maret setelah terbang tinggi pada akhir tahun.

Namun, momen Ramadan sepertinya ikut mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat pada kuartal I-2023. Hal tersebut tercermin dari penopang konsumsi. Kelompok pengeluaran yang tumbuh tinggi adalah makanan dan minuman, selain restoran.

Juga, pengeluaran untuk pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan tubuh.

Seperti diketahui,  Ramadan berlangsung sejak 22 Maret hingga 21/22 April 2023.

Pengeluaran yang juga naik adalah kelompok kesehatan dan pendidikan serta perumahan perlengkapan rumah tangga. Sebaliknya, pengeluaran untuk restoran dan hotel serta transportasi/komunikasi melandai.

Komponen lain yang cukup besar mendukung pertumbuhan adalah pengeluaran pemerintah dan ekspor.

Ekspor tumbuh 11,68% (yoy) pada Januari-Maret 2023, terendah sejak kuartal IV-2020 atau dua tahun lebih.  Pengeluaran pemerintah akhirnya tumbuh pada kuartal I-2023 setelah terkontraksi setahun terakhir.

Berbeda dengan konsumsi, pertumbuhan investasi sangat memprihatinkan. Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) hanya tumbuh 2,11% (yoy), terendah dalam tujuh kuartal atau sejak kuartal I-2021.

Bila menghilangkan periode awal pandemi di mana investasi terkontraksi (kuartal I 2020- kuartal I-2021) maka pertumbuhan investasi pada kuartal I-2023 adalah yang terendah sejak kuartal IV-2013 atau delapan tahun terakhir.

Padahal, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan investasi sebagai motor pertumbuhan. Jokowi bahkan mengubah ratusan Undang_undang menjadi Omnibus Law UU Ciptaker demi mendongrak investasi.

Merujuk data BPS, dari enam kelompok investasii yang dihitung, hanya investasi pada kendaraan yang selalu tumbuh bahkan meningkat.

Investasi kelompok ini sempat terkontraksi selama pandemi tetapi tumbuh tinggi hingga menembus double digit pada tiga kuartal terakhir sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat.

Investasi pada mesin dan perlengkapan yang merupakan barang modal ambles dari tumbuh 18,36% (yoy) pada kuartal IV-2022 menjadi 4,62% (yoy).

Inflasi kelompok ini juga masih jauh dari periode pra-pandemi atau 2019 yakni di kisaran 7-8%.

Investasi pada kelompok bangunan bahkan terjun bebas menjadi 0,08% (yoy) pada kuartal IV-2022. Padahal pada pra-pandemi pertumbuhannya menembus 5%.

Padahal, pemerintah sudah jor-joran menyalurkan anggaran infrastruktur dan belanja modal.

Pergerakan investasi juga tidak sejalan dengan konsumsi dalam negeri. Investasi hanya tumbuh 2,11% (yoy) di saat konsumsi mampu tumbuh 4,54%.

Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana menjelaskan ada sejumlah faktor mengapa konsumsi justru tidak sejalan dengan investasi.

“Pulihnya konsumsi biasanya diikuti dengan investasi tetapi sepertinya hal itu tidak terjadi saat ini. Bisa jadi ada beberapa faktor seperti kapasitas yang tidak maksimal, adanya kekhawatiran, serta penundaaan distribusi,” tuturnya kepada CNBC Indonesia.

Dia menambahkan perusahaan mungkin memanfaatkan investor yang ada yang sebelumnya menumpuk untuk memenuhi permintaan.
“Kemungkinan adalah penggunaan investor meskipun harus lihat data lengkapnya. Jika benar karena inventori, artinya kuartal-kuartal berikutnya produksi akan meningkat. Bagus juga,” imbuhnya.

Melandainya investasi sejalan dengan melambatnya pertumbuhan manufaktur. Pertumbuhan industri pengolahan non-migas hanya mencapai 4,67% (yoy) pada kuartal I-2023 atau terendah dalam setahun terakhir.

Dari 15 sub-sektor industri, hanya empat kelompok industri yang mampu tumbuh di atas 5%.

Di antaranya adalah makanan dan minuman, industri alat angkutan, industri barang logam dasar, dan industri barang Logam; komputer, barang elektronik, optik; dan peralatan listrik
Tujuh sub-sektor bahkan mengalami kontraksi yakni industri pengolahan tembakau, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya, industri kimia, farmasi dan obat tradisional, .industri barang galian bukan logam,  serta industri furniture

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*