Satu lagi startup buah dan sayur (e-grocery) Tanah Air yang gulung tikar. Tumbasin, mengumumkan tutup permanen melalui akun LinkedIn personal sang CEO dan Co-Founder, Bayu Saubig.
Tutupnya Tumbasin menambah daftar panjang startup buah dan sayur di RI yang terpaksa harus berhenti beroperasi. Siapa saja? Berikut selengkapnya.
1. Tumbasin
Setelah 6 tahun berdiri, Tumbasin akhirnya harus menutup layanan mereka. CEO dan Co-Founder, Bayu Saubig, melalui akun LinkedIn personalnya mengatakan bahwa perusahaan mengalami kebangkrutan.
“Dengan berat hati, kami harus mengumumkan bahwa perusahaan kami mengalami kebangkrutan,” kata dia, dikutip CNBC Indonesia, Senin (8/5/2023).
Bayu menjelaskan Tumbasin sudah lama mengalami kesulitan keuangan. Startup asal Semarang ini akhirnya harus gulung tikar setelah berdiri sejak Maret 2017 silam.
Tumbasin adalah salah satu produk gerakan ‘1000 Startup Digital’ yang dibuat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Startup ini fokus untuk membantu ekosistem pasar tradisional, dengan menghubungkannya dengan audiens luas melalui internet.
2. Bananas
Nasib buruk dialami Bananas, yang hanya bisa bertahan 10 bulan sebelum ditutup Oktober 2022 lalu. Pengumuman penutupan kala itu dilakukan lewat unggahan Story pada akun Instagram resminya.
Bananas mengungkapkan, selama 10 bulan beroperasi perusahaan telah berkembang dengan cepat. Namun pada akhirnya terpaksa harus menutup layanan tersebut.
“Kami telah beroperasi sejak Januari 2022, membangun brand bersama dengan grup yang cerdas dan brilian yang selalu berupaya 100% memberikan layanan dan pengalaman berkualitas tinggi bagi pelanggan kami. Kami telah berkembang dengan mantap dan cepat dari bulan ke bulan selama 10 bulan terakhir,” tulis Bananas.
3. Stoqo
Startup yang menjual sembako secara online untuk bisnis kuliner itu berhenti beroperasi pada 22 April 2020.
Satu hari sebelum penutupan, manajemen mengumpulkan karyawan yang mengabarkan penghentian operasional perusahaan. Stoqo juga mengumumkan penghentian layanan pada website resminya.
Startup itu memasok bahan makanan segar seperti cabai, telur dan ampas kopi ke gerai makanan atau restoran. Pada akhirnya, pandemi Covid-19 membatasi ruang usaha dan melemahkan bisnis Stoqo.
Stoqo dilaporkan memiliki 250 karyawan sejak pertama kali didirikan. Sejumlah investor juga telah menggelontorkan dana bagi perusahaan termasuk Alpha JWC Ventures, Mitra Accel, Insignia Ventures Partners dan Monk’s Hill Ventures.
4. Brambang
Layanan Brambang yang sebelumnya bergerak di sektor groceries disebutkan akan beralih ke marketplace HP dan elektronik. Perusahaan juga tak menyinggung alasan penutupan layanan tersebut.
“Halo pelanggan setia Brambang.com. Terima kasih atas kepercayaan Anda selama ini, kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat, 27 Mei pkl 19.00 WIB,” tulis akun Brambang.com. “Jangan khawatir, kami akan terus melayani Anda melalui bisnis layanan kami @brambangelektronik
5. TaniHub
TaniHub juga telah menghentikan operasonal dua gudang yakni Bandung dan Bali pada Februari tahun lalu. Saat itu, Senior Corporate Communication Manager TaniHub Group, Bhisma Adinaya menjelaskan langkah tersebut diambil untuk perusahaan bisa mempertajam fokus dan meningkatkan pertumbuhan lewat B2B seperti horeka, ritel modern, grosir UMKM dan mitra strategis.
“Nantinya, serapan hasil panen petani pun juga akan makin besar dan tentunya akan turut memperkuat sisi hulu kami,” ujar Bhisma dalam keterangan yang diterima CNBC Indonesia. “Dengan demikian kami menghentikan juga seluruh kegiatan yang berkaitan dengan B2C [melayani rumah tangga]”.
TaniHub juga diketahui melakukan PHK karyawan, penyebabnya karena penutupan operasional gudang tersebut. Namun mereka tak menyebut jumlah pegawai yang dipecat tersebut.
6. Sayurbox
Tahun ini Sayurbox kembali melakukan PHK karyawan. Pada PHK kali ini, Sayurbox tak menyebutkan jumlah karyawan yang terdampak. Pihak perusahaan menjanjikan akan melakukan bantuan pada mereka yang terdampak keputusan, termasuk paket kompensasi sesuai peraturan yang berlaku.
Selain itu juga akan menyediakan sejumlah program, takni menyediakan akses pada platform pencarian pekerjaan dari perusahaan dengan lowongan.
PHK kali ini merupakan kedua kalinya, setelah Desember lalu melakukan hal serupa pada 5% karyawannya. Saat itu, Amanda menjelaskan PHK dilakukan untuk Sayurbox bisa jadi perusahaan yang mandiri secara finansial dan bertumbuh jangka panjang saat ada tantangan ekonomi makro global.
“Keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi para konsumen, mitra pengemudi serta ribuan petani dan produsen lokal yang bekerjasama dengan kami dan supaya bisnis bisa sustainable dalam jangka panjang,” jelasnya.